‘MELIHAT’ TANPA MATA
Beberapa tahun lalu, perangkat canggih 
bernama batcane, yang berarti tongkat kelelawar, telah mendapatkan sejumlah 
penghargaan bergengsi di Eropa. Tongkat istimewa macam apakah itu, apa 
kegunaannya, dan siapakah yang merancangnya? Sebelum mengulas jawaban pertanyaan 
tersebut, ada baiknya terlebih dahulu kita selami ilham di balik perangkat yang 
sekarang beralih nama menjadi UltraCane ini: kelelawar...
Kelelawar merupakan makhluk yang sangat menarik. Yang paling hebat 
dari keahliannya adalah kemampuan luar biasa dalam menentukan arah terbangnya. 
Kemampuan mengindera tempat dan benda dengan suara yang terpantul (gema) pada 
kelelawar ditemukan melalui serangkaian percobaan oleh para ilmuwan. Mari kita 
simak lebih dekat percobaan-percobaan tersebut untuk mengungkap rancangan yang 
luar biasa pada makhluk ini. 
Pada percobaan pertama, seekor kelelawar ditempatkan di sebuah 
ruangan gelap gulita. Di salah satu sudut ruangan ini, seekor lalat ditempatkan 
sebagai mangsa untuk sang kelelawar. Mulai saat itu, segala hal yang terjadi di 
ruangan tersebut dipantau dengan kamera-kamera yang mampu melacak di kegelapan 
malam hari. Begitu lalat terbang, kelelawar yang awalnya ditempatkan di sudut 
lain dalam ruangan ini dengan cepat bergerak langsung ke tempat lalat berada dan 
menangkapnya. Dari percobaan ini disimpulkan bahwa kelelawar tersebut memiliki 
indera sangat tajam dalam hal kepekaan, sekalipun keadaannya gelap gulita. 
Meskipun begitu, apakah kepekaan kelelawar ini dikarenakan oleh indera 
pendengaran? Ataukah ia memiliki penglihatan yang terang di malam hari?
Untuk menjawab pertanyaan ini, percobaan kedua dilakukan. Pada 
suatu sudut di ruangan yang sama, sekelompok ulat bulu diletakkan dan ditutupi 
selembar koran. Begitu dilepaskan, kelelawar tidak membuang-buang waktu untuk 
mengangkat lembaran koran tersebut dan memakan ulat-ulat tadi. Hal ini 
membuktikan, kemampuan penentuan arah milik kelelawar tidak ada kaitannya dengan 
indera penglihatan.
Para ilmuwan melanjutkan percobaan mereka terhadap kelelawar: 
sebuah percobaan baru dilakukan di ruangan yang berbentuk lorong panjang. Pada 
salah satu ujung lorong terdapat seekor kelelawar dan di ujung lainnya ada 
sekelompok kupu-kupu. Di samping itu, serangkaian dinding-dinding penyekat 
disusun berderet dan tegak lurus terhadap dinding lorong tersebut. Di tiap 
penyekat, ada satu lubang tunggal yang cukup besar bagi kelelawar untuk terbang 
melewatinya. Akan tetapi, lubang-lubang ini ditempatkan pada titik berbeda di 
setiap dinding penyekat. Dengan demikian, kelelawar harus terbang dengan jalur 
berliku melaluinya sebelum mencapai kupu-kupu di ujung lainnya. 
Para ilmuwan memulai pengamatannya segera setelah kelelawar 
dilepaskan ke dalam lorong gelap tersebut. Ketika kelelawar sampai pada penyekat 
pertama, ia menentukan tempat lubangnya dengan mudah dan melewatinya dengan 
baik. Hal yang sama terpantau di seluruh dinding penyekat: kelelawar terlihat 
tidak hanya tahu di mana penyekat berada melainkan juga di mana tepatnya lubang 
berada. Setelah melalui lubang terakhir, sang kelelawar pun mencapai kupu-kupu, 
dan mengisi perut dengan hasil tangkapannya.
![]() Percobaan menunjukkan bahwa kelelawar mampu dengan mudah menentukan kedudukan dan terbang melalui lubang di dinding dalam gelap gulita.  | 
Terpesona dengan apa yang mereka amati, para ilmuwan memutuskan 
melakukan percobaan terakhir untuk memahami tingkat kepekaan penginderaan 
kelelawar. Tujuannya kali ini adalah untuk menentukan batas kemampuan 
penginderaan kelelawar lebih jelas. Sekali lagi, lorong panjang disiapkan dan 
kawat baja bergaris tengah sekitar 0,6 mm, atau setipis beberapa helai rambut, 
digantungkan dari atap hingga terjulur ke lantai lorong. Kawat-kawat ini 
ditempatkan secara acak di seantero ruang lorong. Para peneliti semakin 
terkagum, karena sang kelelawar menyelesaikan penerbangannya tanpa terantuk pada 
satu rintangan kawat pun. Kemampuan terbang ini menunjukkan, kelelawar mampu 
mengenali rintangan setipis 0,6 mm.
Penelitian setelahnya mengungkap bahwa kemampuan penginderaan luar 
biasa kelelawar terkait dengan perangkat yang disebut echolocation (ekolokasi) 
pada tubuh kelelawar. Ekolokasi adalah teknik menentukan keberadaan tempat dan 
benda-benda dengan menggunakan gema (pantulan suara). Untuk menentukan 
keberadaan benda-benda di sekitarnya, termasuk benda hidup, kelelawar 
memancarkan suara berfrekuensi tinggi. Tatkala mengenai benda-benda tersebut, 
gelombang suara ini lalu terpantul kembali ke arah kelelawar. Meskipun tidak 
terdengar oleh manusia, pantulan suara ini dapat ditangkap dan diindera oleh 
kelelawar, sehingga memungkinkannya mendapatkan sebuah gambaran atau "peta" 
lingkungan sekitarnya. Jadi, penginderaan kelelawar atas seekor lalat 
dimungkinkan oleh adanya suara yang dipantulkan kembali pada kelelawar dari 
lalat tersebut. 
Kelelawar yang menentukan letak dengan gema ini mengingat setiap 
gelombang suara yang dikeluarkannya dan membandingkan yang asli dengan gema yang 
kembali kepadanya. Waktu yang habis antara dikeluarkannya suara dengan 
diterimanya gema yang datang memberikan penginderaan dan penentuan yang tepat 
mengenai jarak sasaran dari sang kelelawar. Sebagai contoh, pada percobaan 
ketika kelelawar menangkap ulat-ulat di lantai, kelelawar mengindera ulat dan 
bentuk ruangan dengan memancarkan suara bernada tinggi dan mengindera 
sinyal-sinyal yang terpantul. Lantai memantulkan suara tersebut, sehingga 
kelelawar dapat menentukan jaraknya terhadap lantai. Sebaliknya, ulat bulu yang 
berada di lantai berjarak sekitar 0,5 - 1 cm lebih dekat ke kelelawar daripada 
jauhnya dengan lantai, karena permukaan atas tubuh ulat berjarak 0,5 – 1 cm dari 
permukaan lantai tempat sang ulat berada. Di samping itu, sang ulat melakukan 
gerakan-gerakan kecil dan ini pada akhirnya mengubah frekuensi yang terpantul. 
Dengan cara inilah kelelawar mampu menentukan keberadaan ulat bulu di lantai. Ia 
memancarkan sekitar 20 ribu gelombang per detik dan mampu mengenali semua suara 
yang terpantul. Bahkan, ketika ia melakukan hal ini, kelelawar itu sendiri pun 
dalam keadaan terbang. 
Penelitian yang seksama atas semua kenyataan ini dengan jelas 
mengungkap rancangan yang hebat dalam penciptaan kelelawar. Hal ini tidaklah 
mengherankan, sebab Allah, sang Pencipta kelelawar, memiliki Pengetahuan dan 
Keahlian dalam mencipta tanpa tara. Allah tidak perlu contoh dalam mencipta apa 
pun sekehendakNya, karena Dialah Al Baadi, Pencipta paling pertama tanpa contoh. 
Mahasuci Allah, sebaik-baik Pencipta.·
