Selamat Datang di Blog Pribadi Saya, Semoga teman teman betah disini.... jangan lupa isi buku Komentarnya...! Isi Blog dapat digunakan semua. silahkan ambil bila teman memerlukannya.

26 October 2011


‘MELIHAT’ TANPA MATA
Beberapa tahun lalu, perangkat canggih bernama batcane, yang berarti tongkat kelelawar, telah mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi di Eropa. Tongkat istimewa macam apakah itu, apa kegunaannya, dan siapakah yang merancangnya? Sebelum mengulas jawaban pertanyaan tersebut, ada baiknya terlebih dahulu kita selami ilham di balik perangkat yang sekarang beralih nama menjadi UltraCane ini: kelelawar...
Kelelawar merupakan makhluk yang sangat menarik. Yang paling hebat dari keahliannya adalah kemampuan luar biasa dalam menentukan arah terbangnya. Kemampuan mengindera tempat dan benda dengan suara yang terpantul (gema) pada kelelawar ditemukan melalui serangkaian percobaan oleh para ilmuwan. Mari kita simak lebih dekat percobaan-percobaan tersebut untuk mengungkap rancangan yang luar biasa pada makhluk ini.
Pada percobaan pertama, seekor kelelawar ditempatkan di sebuah ruangan gelap gulita. Di salah satu sudut ruangan ini, seekor lalat ditempatkan sebagai mangsa untuk sang kelelawar. Mulai saat itu, segala hal yang terjadi di ruangan tersebut dipantau dengan kamera-kamera yang mampu melacak di kegelapan malam hari. Begitu lalat terbang, kelelawar yang awalnya ditempatkan di sudut lain dalam ruangan ini dengan cepat bergerak langsung ke tempat lalat berada dan menangkapnya. Dari percobaan ini disimpulkan bahwa kelelawar tersebut memiliki indera sangat tajam dalam hal kepekaan, sekalipun keadaannya gelap gulita. Meskipun begitu, apakah kepekaan kelelawar ini dikarenakan oleh indera pendengaran? Ataukah ia memiliki penglihatan yang terang di malam hari?
Untuk menjawab pertanyaan ini, percobaan kedua dilakukan. Pada suatu sudut di ruangan yang sama, sekelompok ulat bulu diletakkan dan ditutupi selembar koran. Begitu dilepaskan, kelelawar tidak membuang-buang waktu untuk mengangkat lembaran koran tersebut dan memakan ulat-ulat tadi. Hal ini membuktikan, kemampuan penentuan arah milik kelelawar tidak ada kaitannya dengan indera penglihatan.
Para ilmuwan melanjutkan percobaan mereka terhadap kelelawar: sebuah percobaan baru dilakukan di ruangan yang berbentuk lorong panjang. Pada salah satu ujung lorong terdapat seekor kelelawar dan di ujung lainnya ada sekelompok kupu-kupu. Di samping itu, serangkaian dinding-dinding penyekat disusun berderet dan tegak lurus terhadap dinding lorong tersebut. Di tiap penyekat, ada satu lubang tunggal yang cukup besar bagi kelelawar untuk terbang melewatinya. Akan tetapi, lubang-lubang ini ditempatkan pada titik berbeda di setiap dinding penyekat. Dengan demikian, kelelawar harus terbang dengan jalur berliku melaluinya sebelum mencapai kupu-kupu di ujung lainnya.
Para ilmuwan memulai pengamatannya segera setelah kelelawar dilepaskan ke dalam lorong gelap tersebut. Ketika kelelawar sampai pada penyekat pertama, ia menentukan tempat lubangnya dengan mudah dan melewatinya dengan baik. Hal yang sama terpantau di seluruh dinding penyekat: kelelawar terlihat tidak hanya tahu di mana penyekat berada melainkan juga di mana tepatnya lubang berada. Setelah melalui lubang terakhir, sang kelelawar pun mencapai kupu-kupu, dan mengisi perut dengan hasil tangkapannya.

Percobaan menunjukkan bahwa kelelawar mampu dengan mudah menentukan kedudukan dan terbang melalui lubang di dinding dalam gelap gulita.
Terpesona dengan apa yang mereka amati, para ilmuwan memutuskan melakukan percobaan terakhir untuk memahami tingkat kepekaan penginderaan kelelawar. Tujuannya kali ini adalah untuk menentukan batas kemampuan penginderaan kelelawar lebih jelas. Sekali lagi, lorong panjang disiapkan dan kawat baja bergaris tengah sekitar 0,6 mm, atau setipis beberapa helai rambut, digantungkan dari atap hingga terjulur ke lantai lorong. Kawat-kawat ini ditempatkan secara acak di seantero ruang lorong. Para peneliti semakin terkagum, karena sang kelelawar menyelesaikan penerbangannya tanpa terantuk pada satu rintangan kawat pun. Kemampuan terbang ini menunjukkan, kelelawar mampu mengenali rintangan setipis 0,6 mm.
Penelitian setelahnya mengungkap bahwa kemampuan penginderaan luar biasa kelelawar terkait dengan perangkat yang disebut echolocation (ekolokasi) pada tubuh kelelawar. Ekolokasi adalah teknik menentukan keberadaan tempat dan benda-benda dengan menggunakan gema (pantulan suara). Untuk menentukan keberadaan benda-benda di sekitarnya, termasuk benda hidup, kelelawar memancarkan suara berfrekuensi tinggi. Tatkala mengenai benda-benda tersebut, gelombang suara ini lalu terpantul kembali ke arah kelelawar. Meskipun tidak terdengar oleh manusia, pantulan suara ini dapat ditangkap dan diindera oleh kelelawar, sehingga memungkinkannya mendapatkan sebuah gambaran atau "peta" lingkungan sekitarnya. Jadi, penginderaan kelelawar atas seekor lalat dimungkinkan oleh adanya suara yang dipantulkan kembali pada kelelawar dari lalat tersebut.
Kelelawar yang menentukan letak dengan gema ini mengingat setiap gelombang suara yang dikeluarkannya dan membandingkan yang asli dengan gema yang kembali kepadanya. Waktu yang habis antara dikeluarkannya suara dengan diterimanya gema yang datang memberikan penginderaan dan penentuan yang tepat mengenai jarak sasaran dari sang kelelawar. Sebagai contoh, pada percobaan ketika kelelawar menangkap ulat-ulat di lantai, kelelawar mengindera ulat dan bentuk ruangan dengan memancarkan suara bernada tinggi dan mengindera sinyal-sinyal yang terpantul. Lantai memantulkan suara tersebut, sehingga kelelawar dapat menentukan jaraknya terhadap lantai. Sebaliknya, ulat bulu yang berada di lantai berjarak sekitar 0,5 - 1 cm lebih dekat ke kelelawar daripada jauhnya dengan lantai, karena permukaan atas tubuh ulat berjarak 0,5 – 1 cm dari permukaan lantai tempat sang ulat berada. Di samping itu, sang ulat melakukan gerakan-gerakan kecil dan ini pada akhirnya mengubah frekuensi yang terpantul. Dengan cara inilah kelelawar mampu menentukan keberadaan ulat bulu di lantai. Ia memancarkan sekitar 20 ribu gelombang per detik dan mampu mengenali semua suara yang terpantul. Bahkan, ketika ia melakukan hal ini, kelelawar itu sendiri pun dalam keadaan terbang.
Penelitian yang seksama atas semua kenyataan ini dengan jelas mengungkap rancangan yang hebat dalam penciptaan kelelawar. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab Allah, sang Pencipta kelelawar, memiliki Pengetahuan dan Keahlian dalam mencipta tanpa tara. Allah tidak perlu contoh dalam mencipta apa pun sekehendakNya, karena Dialah Al Baadi, Pencipta paling pertama tanpa contoh. Mahasuci Allah, sebaik-baik Pencipta.·

No comments:

Post a Comment